Perdaban Di Lembah Sungai Nil
Artikel dan Makalah tentang Peradaban Di Lembah Sungai Nil, Letak Geografis, Mata Pencaharian,
Sistem Kepercayaan, Pemerintahan, Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi - Berikut ini
adalah materi lengkapnya:
1. Letak
Geografis
Sungai Nil terbentang dari Pegunungan Kilimanjaro (Sudan) hingga Laut
Tengah dengan panjang kira-kira 5000 km. Sungai ini merupakan hadiah bagi
bangsa Mesir karena daerah di sekilingnya adalah gurun pasir yang luas, apabila
terjadi hujan akan terjadi bah yang membawa lumpur-lumpur mineral. Dari lumpur
inilah tanah sangat cocok untuk dijadikan lahan bercocok tanam. Keterasingan
bangsa Mesir dengan kondisi geografis yang sebelah kiri dan kanan Sungai Nil
adalah Gurun Nubia sangat tidak menguntungkan, namun mereka mampu bekerjasama
dalam sebuah kelompok yang tangguh dan menciptakan sebuah peradaban. Di lain
sisi, kondisi ini memberikan keamanan bagi bangsa Mesir dari serangan luar.
(Baca juga : Peradaban Kuno Di Afrika)
2. Mata
Pencaharian
Pola hidup bangsa Mesir sangat menggantungkan diri kepada kondisi Sungai
Nil, apabila musim hujan mereka akan bercocok tanam dan apabila musim kemarau
mereka akan menghindar. Kemampuan bercocok tanam ini bertahan lama sampai
jumlah populasinya bertambah banyak dan mengharuskan bangsa Mesir mengembangkan
sistem pengaturan air yang baik dan bisa dipergunakan setiap saat. Adanya kerja
sama antar individu membentuk sebuah kelompok kecil dan berkembang menjadi
kelompok besar yang memerlukan sebuah aturan dalam organisasi yang teratur.
3. Sistem
Kepercayaan
Bangsa Mesir mengenal banyak dewa (politheisme), juga mengenal kepercayaan
bahwa roh orang mati tidak akan meninggal. Malah mereka mengenal hewan-hewan
suci yang dianggap sakral, seperti terlihat dalam beberapa lukisan dan patung
hewan berkepala manusia dan manusia berkepala hewan.
Dewa-dewa yang dipuja bangsa Mesir antara lain:
(a) Dewa Osiris sebagai dewa tertinggi
(b) Dewa Ra sebagai dewa matahari
(c) Dewa Thot sebagai dewa pengetahuan
(d) Dewa Horus, anak Dewa Osiris
(e) Dewa Amon sebagai dewa bulan
Sebagai penguasa kehidupan politik dan keagamaan dipegang oleh firaun,
Firaun (Pharaoh) ini diistimewakan karena dianggap Dewa Horus, perantara
manusia dengan dewa dan pemelihara Sungai Nil.
4. Sistem
Pemerintahan
Sepanjang Lembah Sungai Nil terbagi dalam dua wilayah yaitu Sungai Nil Hulu
dan Sungai Nil Hilir, pada masing-masing daerah terbentuk kelompok yang
terpisah. Kedua wilayah ini dapat dipersatukan oleh Menes dengan bentuk
kerajaan dan beribukota Memphis pada tahun 3000 SM. Menes inilah yang menjadi
raja Mesir Kuno.
(a) Mesir
Tua
Raja-raja Mesir diberi gelar Firaun atau Pharaoh. Firaun memiliki hak yang
tidak terbatas dengan tujuan memberi kedamaian dan kemakmuran bagi bangsanya.
Kerajaan Mesir Tua beribukota Memphis. Pada zaman Mesir Tua, sudah dibangun
makam-makam raja dalam bentuk piramid dan patung dari batu. Piramid ini dibuat
oleh rakyat karena kepercayaan bahwa raja Mesir adalah titisan dewa.
Raja-raja yang termasyhur pada zaman ini di antaranya Khufu, Kefre, dan
Menkaure. Setelah raja-raja tersebut meninggal, kondisi keamanan di Mesir
menjadi lemah, hal ini disebabkan oleh adanya perubahan kepercayaan rakyat
bahwa raja adalah keturunan dewa dan timbulnya kerajaan-kerajaan kecil.
(b) Mesir
Pertengahan
Setelah terjadi perpecahan, Mesir kembali disatukan oleh raja Sesotris III
dari Thebe. Bahkan Sesotris III mengembangkan wilayahnya dengan menguasai Nubia
dan Palestina. Pada masa pemerintahan Amenemhet III terjadi penambangan emas di
Gurun Sinai dan mendirikan kelompok besar istana yang dinamakan labyrinth.
Setelah kematian Amenemhet III, muncul serangan dari bangsa Hykos yang berasal
dari Palestina dan mereka dapat menguasai Mesir. Kedatangan bangsa Hykos
memperkenalkan teknologi peralatan dari perunggu, seperti peralatan pertanian,
senjata dan alat rumah tangga. Bangsa Hykos menetapkan Kota Awaris sebagai
ibukota Mesir yang baru.
(c) Mesir
Baru
Bangsa Mesir dapat merebut kembali kekuasaannya dari bangsa Hykos. Raja
yang paling berjasa dalam perebutan kekuasaan dari bangsa Hykos adalah Firaun
Ahmosis karena ia sendiri yang memimpin serangan. Kekuasaan Mesir sempat meluas
ke Babylonia, Assyria, Cicillia, Cyprus pada saat kekuasaan Tutmosis II.
Antara tahun 1367-1350 SM pada masa pemerintahan Amenhotep IV atau
Akhenaton dan Nefertiti mengajarkan monotheisme kepada bangsa Mesir dengan
menganggap Dewa Matahari sebagai satu-satunya dewa. Akibat adanya pertentangan
dengan para pendeta agama Amon, Amenhotep IV memindahkan ibukota dari Thebe ke
Al Amama. Setelah Amenhotep IV meninggal, perselisihan tentang agama tidak
terjadi lagi dan pendeta menunjuk Tut-Aankh-Amon atau Tutankhamon sebagai
firaun dan diharuskan tunduk kepada pendeta agama Amon. Kekuasaan Mesir
akhirnya selalu digantikan oleh negara lain yang menjatuhkannya. Ini terjadi
sejak pemerintahan Raja Ramses III (1198-1167 SM) berakhir.
5. Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
a. Hieroglyph
Hieroglyph adalah nama huruf kebudayaan Mesir Kuno. Bentuk hurufnya dalah
piktograf dimana setiap gambar mewakili satu huruf. Hieroglyph ini ditulis pada
sebuah media kertas dari papirus, tumbuhan, atau dipahat.
b. Astronomi
Kehidupan agraris banga Mesir memengaruhi terhadap pengetahuannya yang
tinggi. Untuk mengetahui waktu bercocok tanam, panen atau berdagang dilihat
dari siklus musim yang datang setiap tahunnya.
c. Sistem
pengawetan
Kepercayaan bahwa roh yang meninggal masih tetap berada pada jasadnya
apabila tidak rusak. Dari kepercayaan ini timbul usaha untuk mengawetkan orang
yang sudah meninggal dengan menggunakan rempah-rempah atau ramuan lainnya
supaya tidak tercium bau busuk.
d. Arsitektur
Peninggalan-peninggalan Mesir berupa patung dan bangunan yang besar
menunjukkan adanya teknologi pembuatannya, apalagi semua ukuran patung dan
bangunan tersebut berukuran besar, seperti piramid (makam para firaun), sphinx
(singa berkepala manusia sebagai lambang kekuatan dan kebijaksanaan) dan
obelisk (tugu batu untuk memuja Dewa Amon Ra).
0 komentar: